Kamis, 08 Desember 2011

Pemimpin

Kalian adalah pemimpin, maka kalian akan dimintai pertanggunganjawaban. Penguasa adalah pemimpin, maka akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, maka akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin (rumah tangga suaminya), maka akan dimintai pertanggungjawabannya. Pelayan adalah pemimpin (atas harta tuannya), maka akan dimintai pertanggungjawaban atas pengelolaannya. Oleh karena kalian adalah pemimpin, maka kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.” (HR Bukhari-Muslim).
Prinsip-Prinsip kepemimpinan Abu Bakar As Sidiq yang patut kita teladani:
1. Sifat rendah hati. Pada hakekatnya kedudukan pemimpin itu tidak berbeda dengan kedudukan yang dipimpin. Ia bukan orang yang harus terus di istimewakan. Ia hanya sekedar orang yang harus didahulukan selangkah dari yang lainnya karena ia mendapatkan kepercayaan dalam memimpin dan mengemban amanat. Ia seolah pelayan umat yang diatas pundaknya terletak tanggung-jawab besar yang mesti dipertanggungjawabkan. Kerendahan hati biasanya mencerminkan persahabatan dan kekeluargaan, sebaliknya keegoan mencerminkan sifat takabur dan ingin menang sendiri.
2. Sifat terbuka untuk dikritik. Seorang pemimpin haruslah menjunjung tinggi aspirasi umat dan terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun dan konstruktif. Tidak seyogyanya menganggap kritikan itu sebagai hujatan, dan menganggap orang yang mengkritik sebagai lawan. Tetapi harus diperlakukan sebagai “mitra” atau kawan dalam rangka meluruskan kesalahan demi untuk perbaikan dan kemajuan.
3. Sifat jujur dan memegang amanah. Kejujuran yang dimiliki seorang pemimpin merupakan simpati umat terhadapnya yang dapat membuahkan kepercayaan. Pemimpin yang konsisten dengan amanat umat menjadi kunci dari sebuah kemajuan dan perbaikan
4. Sifat adil. Keadailan adalah konteks real yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Keadilan bagi manusia tidak ada yang relatif. Islam meletakkan soal penegakan keadilan itu sebagai sikap yang esensial. Seorang pemimpin harus mampu menimbang dan memperlakukan sesuatu dengan seadil-adilnya, bukan sebaliknya berpihak pada seorang saja atau berat sebelah.
5. Komitmen dalam perjuangan. Sifat pantang menyerah dan konsisten pada konstitusi bersama bagi seorang pemimpin adalah penting. Teguh dan terus Istiqomah dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.
6. Bermusyawarah. Sebaiknya bagi pemimpin tidak sembarang memutuskan sebelum ada musyawarah atau pertimbangan dari orang-orang yang berkopenten disekelilingnya. Sebab dengan keterlibatan umat terhadap kepemimpinannya akan memberikan kepuasan, sehingga apapun yang akan terjadi baik buruknya bisa ditanggung bersama-sama.
7. Pengabdi kepada Alloh dan Rosul-nya. Dalam hidup ini segala sesua-tunya takkan terlepas dari panda-ngan Alloh, manusia bisa berusaha namun yang menentukan tetap Alloh. Hubungan seorang pemimpin dengan rakyatnya tercermin dari hubungannya dengan Tuhan. Kalau ia seorang pengabdi kepada Alloh dengan baik, insya Alloh baik pula pengabdiannya kepada masya-rakat dan akan mendapat ridlo dari Alloh
8. Syukur. Bukti pengabdiannya kepada Alloh adalah realisasi dari jiwa yang syukur. Ia menyadari bahwa apapun yang ia dapat adalah dari Alloh dan tentunya hanya untuk Alloh. Mengabdi kepada umat juga karena Alloh. Ini tercermin dari ajakan sholat dengan harapan mendapat limpahan rohmat dari Alloh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar